Aku heran juga terkejut melihat dunia ini. Begitu mudahnya kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Kalau itu dengan cara yang halal dan tidak melanggar norma-norma yang berlaku, tentu tidak akan menjadi bahan pemikiranku. Tapi, bagaimana jika cara yang digunakan untuk mendapatkannya adalah dengan cara yang haram dan melanggar norma-norma yang berlaku? Tidakkah mereka, orang-orang yang menggunakan cara yang haram dan melanggar peraturan, berpikir dan merenungi apa yang telah mereka perbuat?
Bahkan mereka merelakan nyawa orang-orang yang mereka sayangi dan cintai kandas dari dunia ini demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka lebih mementingkan kepuasan diri dengan mengesampingkan orang-orang di sekitarnya. Sekali lagi, aku benar-benar terlarut dalam keheranan dan keterkejutanku.
Bagaimana tidak? Apa yang telah mereka lakukan dan perbuat sangat bertentangan dengan hak asasi manusia di mana orang-orang yang telah mereka dzolimi juga memiliki hak yang sama, mendapatkan apa yang diinginkan. Ketika uang sudah menyinari mata kita, hilanglah sudah harga kita. Dengan mudah kita menyerahkan apa yang menjadi hak kita, terkecuali orang-orang yang masih memiliki hati nurani.
Beginilah yang kulihat meski tidak setiap hari kulihat. Tapi, setidaknya aku melihat bahwasanya telah terjadi ketidakadilan di mana si kaya dapat berkuasa dengan hartanya yang melimpah ruah dan si miskin yang hanya bisa menelan air ludahnya dengan penuh rasa iri terhadap apa yang dimiliki oleh si kaya dan berharap, “Kapan aku bisa sepertinya?”
Dan ada pula kulihat di mana orang-orang tua yang terbaring di pinggir jalan bersama keluarganya sementara di sekitarnya terdapat rumah-rumah megah dan mewah. Di manakah mereka, yang memiliki rumah-rumah megah dan mewah tersebut? Tidakkah mereka melihat? Benar-benar mengherankan dan membingungkan.
Mungkin, jika ada yang membaca renunganku ini, akan ada yang berkata,
“Sok mikir lo!! Buat apa sih mikirin kayak begitu? Mendingan urus aja diri sendiri dan biarkan mereka menjalani apa yang udah mereka lakukan.”
“Ga usah deh sok peduli ama yang kayak begitu. Toh, mereka juga ga bakal peduli ama kita.”
atau apapun jenis perkataannya. Bukan berarti aku berprasangka buruk. Tetapi, di mana ada positif, di sanalah bersarang negatif. Biarlah orang-orang tersebut berkata apa dan kita tetap pada apa yang kita jalani selama itu benar.
Dalam renunganku ini, ada sebuah perkataan yang sangat kuingat dan setidaknya memberikan sedikit pencerahan untuk renunganku ini. Perkataan tersebut adalah,
“Di mana pun kita berada dan menetap, pastilah akan didapatkan kebaikan dan kejahatan di daerah tersebut. Karena pada hakekatnya di dunia ini kita hidup di atas perbedaan dan perbandingan. Pria dengan wanita, air dengan api, dingin dengan panas dan berbagai contoh lainnya. Itu semua berlaku sampai pada lingkungan ahli ilmu dan ahli agama. Di dalam lingkungan mereka tidaklah seluruhnya berisi kebaikan. Sekecil apapun itu, pasti ada keburukan di dalamnya. Hanya kita yang dapat menyesuaikan diri, mau di mana kita berada dan menetap, kita yang paling mengetahui apa yang harus kita lakukan.”
Jadi, sikap kita sangat diperlukan dalam mengatasi masalah yang kita hadapi. Semakin kita berusaha jauh dari masalah, maka semakin masalah tersebut akan mendekat kepada kita agar segera diselesaikan. Renunganku ini adalah sebagai himbauan agar aku dan kalian dapat menyesuaikan diri dengan masalah yang kita hadapi. Masalah Negara bukanlah masalah yang harus dihadapi oleh Negara sendiri. Tetapi, masalah Negara adalah tanggung jawab bersama. Jangan berpikir bahwa Negara tidak memberikan apa-apa untuk kita! Tapi berpikirlah, apa yang sudah kita berikan kepada Negara kita? Itu akan membuat kita membuka mata hati kita.
Allahu A’lam
Komentar
Posting Komentar