Aku heran. Setiap langkahku, tatapan mataku dan gerak-gerikku senantiasa diperhatikan orang di sekitarku. Dan cara mereka memandangku pun tiada ramah. Padahal, setiap aku berlalu dari mereka, aku selalu menebarkan senyuman dan terlihat buru-buru. Mereka hanya membalas dengan senyuman yang terkesan sinis.
Mereka pun membuntutiku dari belakang. Perasaanku semakin tidak enak. Aku pun memacu langkahku dengan cepat menuju rumahku. Dan orang-orang yang membuntutiku pun juga ikut mempercepat langkahnya agar tidak tertinggal di belakangku.
Sesampainya aku di rumah, aku langsung menuju halaman depan rumah menemui istriku yang sedang menungguku. Semua orang yang mengikutiku pun memasang matanya dengan baik memfokuskan perhatian diriku dan istriku. Serentak mereka semua berkata, “Oh, kirain kenapa!?!” Bahkan ada yang berkata, “Hampir aja saya hubungi polisi. Eh, tau-nya Cuma begini.”
Istriku heran. Anak-anakku heran. Aku, yang dari awal heran, semakin menjadi-jadi saja herannya. Apa yang sebenarnya terjadi?
Ketika keramaian orang-orang yang membuntutiku mulai bubar, ada seorang lelaki teduh bersahaja menghampiri kami sekeluarga. Aku bertanya, “Pak, ada apa yaa? Kok pada rame begitu?” Maka lelaki tersebut menceriterakan dari awal.
Terjawab sudah! Ternyata disebabkan sebilah pisau yang baru saja kubeli dari toko seberang. Setelah membeli pisau itu, aku segera bergegas menuju ke rumah dengan keadaan pisau itu kugenggam layaknya pedang yang terhunus sehingga menarik perhatian orang-orang di sekelilingku. Apalagi, saat itu, mimik wajahku terkesan agak geram dan terburu-buru bagai anak ayam takut tertinggal induknya. Padahal, aku hanya ingin segera sampai di rumah agar istriku tidak terlalu lama menungguku. Sebab istriku ingin memotong sekerat daging dan sayur-sayuran untuk masak tongseng kesukaanku dan anak-anakku.
Lelaki tersebut berpesan kepadaku, “Saudaraku, mungkin saja dirimu mengira kalau perbuatanmu tadi biasa saja dan wajar-wajar saja. Akan tetapi, orang-orang di sekitarmu tidak mengetahui apa maksud dari perbuatanmu tadi. Mereka hanya dapat melihat secara tampaknya saja. Oleh karenanya, hendaknya kamu lebih berhati-hati di setiap perkataan dan tingkah lakumu. Bisa saja maksud yang kita inginkan baik, tetapi terlihat berbeda di mata orang lain.
Gara-gara perbuatanku tersebut, membuat warga kampung gempar. Huft, betapa cerobohnya diriku!!!
Komentar
Posting Komentar